Oleh : Syamsul Qodri Al-Falaky
Matrialisme adalah aliran filsafat yang memandang semua realita merupakan materi. Selain yang merupakan materi dianggap sesuatu yang tak pernah ada, atau hanya ciptaan yang ada dalam angan-angan belaka.
Aliran ini dikembangkan oleh Ludwig Freuerbach [1804-1872]
Manusia, menurut aliran matrialisme dianggap sama dengan benda lain seperti kayu, batu dan hewan. Di balik makhluk yang disebut manusia tidak ada apa-apa lagi. Oleh sebab itu, kematian manusia dianggap sama dengan kematian seekor sapi. Segala apa yang pernah dilakukan oleh manusia tidak pernah dituntut pertanggungjawaban. Bahkan mungkin akan dipertanyakan kepada siapa manusia itu harus mempertanggung jawabkan ?.
Memang, secara biologis manusia itu sama dengan hewan, dalam arti sebagai makhluk hidup, secara materi sama dengan batu dan kayu, dalam arti sebagai benda. Tetapi di sisi lain, di balik manusia ada sesuatu yang tak pernah ada dalam makhluk atau benda lain. Yaitu akal dan hawa nafsu yang mendorong manusia untuk melakukan suatu perbuatan.
Inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk dan atau benda lain. Oleh sebab itu pemikiran matrialisme bahwa manusia sama dengan sapi ada benarnya apabila tinjauannya hanya berorintasi segi matrial saja. Dengan demikian, aliran matrialisme mempunyai kekuatan dan kelemahan.
A.Kekuatan Matrialisme
Di tengah masyarakat yang sedang hancur tatanan ekonominya, aliran matrialisme memiliki kekuatan yang sangat besar. Karena aliran matrialisme hanya menerima yang serba materi, yang kasep mata. Di luar itu, seperti konsepsi agama ditolak mentah-mentah.
Itulah sebabnya, aliran matrialisme salah satu aliran yang dianut oleh Kral Mark( 1818-1883 M) untuk membentuk aliran Marxisme. Dengan aliran ini akhirnya timbul revolusi besar-besaran yang dilakukan oleh kaum proletar untuk merebut kekuasaan. Maka timbullah masyarakat tanpa kelas, karena pada dasarnya manusia itu sama, sama seperti hewan, kayu dan bebatuan. Apa yang ada adalah milik bersama, tidak ada milik pribadi.
B.Kelemahan Matrialisme.
Di satu sisi, aliran matrialsme memiliki kekuatan, tetapi ia juga memiliki kelemahan di sisi lain. Sebab, aliran ini hanya mengandal kan akal belaka, atau kalau boleh saya katakan aliran ini mempertuhankan akal. Padahal akal itu memilki kemampuan yang terbatas. Ada seorang filsof menggambarkan bahwa akal itu seperti mata. Walau jarak pandangnya teramat jauh dan luas, sehingga gunung yang besar dan tinggi saja dapat masuk dalam kornea mata, namun ketika di depannya ditutup dengan telapak tangan, mata itu sudah tidak bisa memandang jarak jauh lagi. Demikian halnya akal, bagaimanapun ia memiliki cakupan daya pikir yang luas, namun ketika ada sesuatu yang menutupi, ia tidak punya lagi kemampuan.
ia akan terhalang dari memikirkan sesuatu dengan sempuran. Oleh sebab itu, aliran matrialisme tidak dapat mencakup seluruh persoalan yang serba materi. Kalau manusia dikatakan sama dengan sapi atau kayu dan batu, tetapi keberadaanya amat berbeda.
Mungkin dari sisi kelemahan akal inilah, Rene Le Senne –seorang existentialis – merumuskan kesalahan matrialisme itu ialah detolisasi. De artinya memungkiri, total artinya menyeluruh. Maksudnya mengungkiri manusia sebagai keseluruhan. Pandangan matrialisme itu belum mencakup manusia secara keseluruhan.
Untuk dapat memandang manusia secara menyeluruh, perlu adanya pandangan yang lain, misalnya pandangan Agama. Dalam pandangan Islam, ada dua istilah bagi makhluk yang bernama manusia. Yaitu Al-insan dan Al-insu.
Yang dimaksud dengan al-insan adalah manusia sebagai makhluk hidup sebagaimana hewan. Dalam hal ini manusia dengan sapi itu sama saja pada akhirnya, apabila keduanya mati dan dikubur di bawah tangah, keduanya akan sama-sama membusuk dan akhirnya menjadi tanah.
Adapun yang dimaksud dengan al-insu adalah bahwa manusia itu adalah hamba Alloh SWT. Yang mana segala perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban olehNya. Dengan demikian, maka kematian manusia jelas berbeda dengan kematian seekor sapi.
Dari uraian tersebut, dapat diyakini bahwa aliran matrialisme punya kekuatan dan kelemahan, bahkan kalau dipikir secara mendalam, kelemahannya lebih banyak dari pada kekuatannya. Akibatnya, sebagai yang banyak ditulis dalam sejarah kehidupan manusia, masyarakat yang menganut paham matrialisme pada akhirnya mengalami kehancuran total, contohnya negara-negara yang berideologi komunisme.
***
Minggu, 08 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar